Abstrak
Kedawung is a Leguminosae/Fabaceae which. It is commonly used as traditiona! medicine for infection and stomach disoders, caused by bacteria. The aim of this study is to examine the potential antimicrobiaf activity of seed, bark, root and kedawung leaf. It is expected that the result will give information on characteristics and concentration of kedawung part which have the highest antmicrobial activily. The result showed that the bark has the highest antimicrobial activity on Escherichia coli; Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus and Bacillus cereus. Extract made from kedewung plant and water (ratio 1:2, b/v) was better than those made with ratios of 1: 1 or 1: 3 (b/v). Heat did not decrease its antimicrobial activity. Extract concentration of 10% (21.40 mg/ml) with contact time of 24 hour decreased bacterial growth but did not inactivate them.
Pendahuluan
Sejak lama manusia telah dihadapkan deh kebusukan atau penurunan mutu bahan pangan terutama bahan pangan yang memiliki kandungan air den nutrisi yang cukup tinggi. Pengawet pangan
digunakan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan kimiawi den biologi pangan. Pengawet untuk mencegah kerusakan bidogi yang disebabkan mikroba disebut antimikroba. Penelitian-penelitian antimikroba telah banyak dilakukan terutama dari berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Namun para ilmuwan terus berusaha untuk mencari sumber antimikroba baru, terutama yang mudah tumbuh di Indonesia. Tumbuhan yang digunakan untuk obat tradisional dapat dijadikan alternatif pencarian zat antimikroba, karena pada umumnya memiliki serryawa aktif yang sangat berperan dalam bidang kesehatan. Kedawung (Parka roxburghii G. Don) merupakan jenis tumbuhan obat yang langka, yang meskipun telah lama dipungut hasilnya (biji) tetapi masih belum banyak diteliti aspek-aspek ekologi, biologi, serta aspek-aspek lainnya (Rinekso, 2000). Daun kedawung dimanfaatkan sebagai obat infeksi kulit dengan cara menempelkannya pada bagian yang sakit (Bossut, 1986 dikutip dad Hall et a1.,1997), selain itu juga dimanfaatkan untuk obat diare, eksim dan cacingan. Daun yang direndam dalam air dapat menyembuhkan infeksi pada mata (Oliver, 1960 dikutip dari Hall et al., 1997). Kulit batang dapat digunakan sebagai obat kumur, obat disentri dan diare. Akar dan biji kedawung yang telah difermentasi terutama dimanfaatkan sebagai obat disentri. Biji yang direndam dalam air dapat dgunakan sebagai obat sakit telinga. Selain itu biji juga berguna sehagai obat infeksi kulit, cacingan den sakit penut (Ki, 1994 dikutip dari Hall et al., 1997). Menurut Sandra dan Kemala (1994), biji kedawung termasuk sepuluh besar bahan, yang paling banyak digunakan dalam pembuatan jamu d Indonesia. Pada tahun 2000 permintaan kedawung diperkirakan akan mencapai 180.000 kg. Permintaan ini masih terbatas pada bijinya sedangkan bagian lain dari kedawung masih sedkit dimanfaatkan, terbatas pada kayu batangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antimikroba, menentukan sifat dan konsentrasi penggunaan senyawa antimikroba dari daun, kulit batang, kulit akar dan biji kedawung. Nasil penelitian ini dharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai potensi, antimikroba kedawung terutama kemungkinan aplikasinya di bidang pangan dan pengobatan. Aktivitas antimikroba kedawung pada penelitian ini diujikan terhadap bakteri patogen yaitu bakteri Gram negatif Escherichia coli dan Vibrio cholerae, serta bakteri Gram positif Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus.
Kesimpulan
Kulit batang kedawung memiliki aktivitas antimikroba yang paling tinggi dibandingkan daun dan kulit akar. Biji kedawung tidak mengandung aktivitas antimikroba terhadap keempat bakteri uji, yaitu S. acrreus, B. cereus, E, coli dan V. cholerae. Pada perbandingan kulit batang kedawung dan air 1 : 2 (b/v), cenderung menunjukkan aktivitas antimikroba yang lebih tinggi dibandingkan perbandingan 1 : 1 (b/v) dan 1 : 3 (b/v). Waktu ekstraksi tidak berpengaruh nyata terhadap zona penghambatan bakteri. Aktivitas antimikroba ekstrak kulit batang tidak rusak deh pernanasan pada saat sterilisasi. Kulit batang kedawung dengan konsentrasi 10,70 mg/ml (5%) telah mengharnbat pertumbuhan S. aureus dan V. cholerae. Ekstrak kulit batang dengan konsentrasi 21,40 mg/ml (10%) bersifat bakteristatik (hanya menghambat pertumtwhan bakteri) dan menunjukkan penghambatan terbesar terhadap pertumbuhan kedua bakteri uji pada waktu kontak 24 jam.
Sumber
Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol XII no.1 Th. 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar