Aplikasi BioteknologiBidang Pengolahan Pangan- Beberapa contoh Bioteknologi tradisional di bidang pangan misalnya, tempe dibuat dari kedelai menggunakan jamur Rhizopus, tape dibuat dari ketela pohon atau pisang dengan menggunakan Khamir Saccharomyces cereviceae, keju dan yoghurt dibuat dari susu sapi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus.
a. Aplikasi Bioteknologi pada Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman hasil fermentasi susu menggunakan bakteri Lactobacillus substilis atau Lactobacillus bulgaricus (Gambar 8.5).
Bakteri yang di manfaatkan mampu mendegradasi protein dalam susu
menjadi asam laktat. Proses degradasi ini disebut fermentasi asam laktat
dan hasil akhirnya dinamakan yoghurt.
Gambar 8.5 Yoghurt merupakan minuman hasil fermentasi susu oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus.
b. Aplikasi Bioteknologi pada Keju
Keju merupakan contoh produk bioteknologi yang cukup terkenal (Gambar 8.6). Keju dibuat dengan bantuan bakteri pada susu. Bakteri tersebut dikenal sebagai bakteri asam laktat atau Lactobacillus. Bakteri Lactobacillus mengubah
laktosa menjadi asam laktat dan menyebabkan susu menggumpal. Pada
pembuatan keju, kondisi pH harus rendah. Kondisi pH yang rendah membuat
susu mengental. Akibatnya protein pada susu berubah menjadi semi solid
yang disebut curd. Proses ini dibantu dengan menambahkan enzim renin.
Enzim renin dapat diekstrak dari perut anak sapi. Namun, saat ini enzim
renin dapat diproduksi dalam skala besar dengan menggunakan teknik
rekayasa genetika.
Gambar 8.6 Keju merupakan produk bioteknologi yang dalam pembuatannya, melibatkan mikroorganisme berupa bakteri Lactobacillus bulgaricus.
Setelah susu berubah menjadi curd,
garam ditambahkan. Garam ini selain untuk menambahkan rasa, berfungsi
juga sebagai bahan pengawet. Bakteri kemudian ditambahkan sesuai dengan
tipe keju yang akan dibuat. Bakteri yang ditambahkan ini disebut bakteri
pematang. Bakteri pematang berguna memecah protein dan lemak yang
terdapat dalam keju. Beberapa jenis keju mempunyai karakteristik
tertentu dengan ditambahkan mikroba lain, seperti jamur. Contohnya
terdapat pada keju biru, yang mempunyai karakteristik berwarna biru
karena ditambahkan jamur pada curd kejunya. Untuk mempercepat produksi keju, dapat ditambahkan enzim bakteri selain bakteri pematang itu sendiri.
c. Aplikasi Bioteknologi pada Tempe
Tempe
adalah makanan khas Indonesia. Tempe merupakan makanan yang terkenal di
Asia Tenggara dan juga merupakan salah satu contoh produk hasil
bioteknologi. Tempe terbuat dari kacang kedelai. Karena terbuat dari
kacang kedelai yang merupakan sumber protein tinggi, tempe juga
merupakan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Tempe dibuat dari kacang kedelai dengan dibantu oleh aktivitas jamur Rhizopus oryzae (Gambar 8.7).
Proses pembuatan tempe cukup sederhana dan mudah dilakukan. Kacang
kedelai dicuci bersih, lalu direbus hingga setengah matang. Kemudian,
kacang kedelai setengah matang direndam dalam air selama kurang lebih 12
jam (semalaman). Dengan direndamnya kacang kedelai, dapat menciptakan
kondisi asam sehingga mikroba yang biasanya membusukkan makanan dapat
dicegah. Setelah direndam, kacang kedelai kembali dicuci bersih dan
direbus kembali hingga matang.
Gambar 8.7
(a) Jamur rhizopus oryzae merupakan mikroorganisme yang membantu dalam
pembuatan tempe. (b) Jamur ini digunakan dalam bentuk ragi tempe.
Kacang kedelai yang telah matang tersebut lalu didinginkan dan setelah dingin ditambahkan ragi tempe. Ragi tempe adalah jamur Rhizopus oryzae.
Kacang kedelai yang telah dicampur dengan ragi tempe, lalu dibungkus
oleh daun pisang atau plastik yang dilubangi. Setelah dibungkus, lalu
diperam (difermentasi) selama satu malam. Akhirnya diperoleh tempe
sebagai produk bioteknologi.
d. Aplikasi Bioteknologi pada Tahu
Tahu
juga merupakan salah satu contoh produk bioteknologi. Sebagai orang
Indonesia, Anda pasti telah mengenal makanan yang bernama tahu, bukan?
Tahu, seperti juga tempe, terbuat dari kacang kedelai. Tahu dibuat
dengan cara mencuci kacang kedelai hingga bersih dan merendamnya selama
satu malam. Setelah lunak, kacang kedelai digiling menjadi seperti
bubur, lalu dididihkan. Setelah dididihkan, bubur kedelai disaring dan
ditambahkan kultur bakteri yang dapat menciptakan kondisi asam. Beberapa
jenis bakteri yang sering digunakan dalam pembuatan tahu ini adalah
bakteri asam laktat. Bubur tahu yang telah ditambahkan bakteri asam
laktat ini lalu dicetak,dibumbui, dan diberi garam agar tahan lama.
e. Aplikasi Bioteknologi Modern pada Makanan
Penerapan
bioteknologi pada makanan secara modern, diawali pada 1992. Saat itu
sebuah perusahaan Amerika, Calgene, mendapatkan izin untuk memasarkan
OHMG yang disebut Flavrsavr. OHMG ini adalah tomat yang dibuat lebih
tahan hama dan tidak dapat membusuk. Secara umum, penerapan bioteknologi
modern pada makanan tidak dapat dipisahkan dengan bioteknologi modern
pada bidang pertanian. Produk-produk makanan yang dihasilkan dari OHMG,
seperti tanaman pertanian, hewan, atau mikroorganisme, disebut makanan
hasil modifikasi genetik.
OHMG lebih
banyak dilakukan pada tanaman pertanian. Contohnya, jagung tahan lama,
kedelai tahan herbisida, kentang tahan virus, padi dengan zat dan
vitamin yang ditingkatkan (golden rice), gandum dengan protein yang
tinggi bagi ternak, dan banyak hasil pertanian lainnya. Perkembangan
selanjutnya dari penerapan bioteknologi modern semakin beraneka ragam.
Sekarang, para ilmuwan dapat membuat makanan yang mengandung obat,
pisang yang menghasilkan vaksin hepatitis B, ikan yang lebih cepat
dewasa, dan tanaman buah yang berbuah lebih cepat.
f. Menggunakan mikroorganisme untuk mengubah bahan pangan1) Aspergillus oryzae atau Aspergillus soyae bersama Saccharomyces rouxii atau Pediococcus soyae atau Torulopsis sp digunakan dalam pembuatan kecap. Mikroorganisme tersebut mengubah campuran kedelai dan padi-padian menjadi kecap (Indonesia), Shoyu (Jepang), Chiang-yu (Cina) , dan soy-sauce (Eropa).
2) Aspergillus wentii digunakan untuk memfermentasikan biji-bijian, kedelai, dan garam menjadi tauco.
3) Rhizopus oryzae, R. oligosporus, R. stolonifer, R. chlamydosporus dimanfaatkan oleh orang untuk memfermentasikan kedelai yang sudah dikupas kulitnya. Miselium jamur tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai membentuk produk yang disebut tempe.
4) Makanan lain yang dibuat menggunakan jasa mikroorganisme melalui proses fermentasi adalah oncom (Neurospora), tape (Aspergillus oryzae, Saccharomyces, Rhizopus sp., Hansenula sp., dan Torulopsis, sp.); roti, kue, anggur, dan bir, (Saccharomyces), serta keju, mentega, yoghurt (Streptococcus lactis)
g. Mikroorganisme yang menjadi bahan pangan
Seperti sudah dijelaskan bahwa mikroorganisme tidak hanya dapat mengubah bahan pangan, tapi justru dapat menjadi bahan pangan itu sendiri. Pembuatan Yoghurt yang memanfaatkan Lactobacillus sp dapat kamu ikuti pada Lab Mini 5.1. Penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) Protein Sel Tunggal (PST). Istilah protein sel tunggal digunakan untuk menyatakan protein mikroorganisme untuk membedakan dengan protein yang berasal dari hewan dan tumbuhan. PST mengacu kepada sel mikroorganisme yang dikeringkan seperti bakteri, alga dan jamur yang sebelumnya ditumbuhkan di dalam sistem biakan yang berskala besar. Meskipun mikroorganisme ini ditumbuhkan untuk menghasilkan protein, tetapi juga mengandung karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan senyawa nitrogen bukan protein seperti asam nukleat. Produksi PST pertama yang memberikan harapan berasal dari Jerman, diperoleh dengan jalan menumbuhkan Saccharomyces cerevisae di dalam medium molase (limbah pabrik gula) dan garam amonium. Hasil proses ini dikonsumsi oleh manusia sebagai pengganti protein. Limbah pabrik bubur kayu berupa sulfit juga telah digunakan sebagai bahan baku dengan memanfaatkan khamir Candida utilia untuk menghasilkan protein bagi manusia dan hewan.
2) Mikoprotein. Mikoprotein merupakan produk makanan yang berasal dari miselium jamur (tubuh jamur). Pada pembuatan mikoprotein ini, digunakan jasa jamur Fusarium graminearum. Mikoprotein dihasilkan melalui fermentasi menggunakan glukosa sebagai bahan baku dan zat hara lain serta gas amoniak dan garam amoniak.
http://budisma.web.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar