Wine merupakan minuman beralkohol yang
biasanya terbuat dari jus anggur yang difermentasi. Keseimbangan sifat
alami yang terkandung pada buah anggur, menyebabkan buah tersebut dapat
difermentasi tanpa penambahan gula, asam, enzyme, ataupun nutrisi lain.
Wine dibuat dengan cara memfermentasi jus buah anggur menggunakan khamir
dari type tertentu. Yeast tersebut akan mengkonsumsi kandungan gula
yang ada pada buah anggur dan mengubahnya menjadi alcohol. Perbedaan
varietas anggur dan strain khamir yang digunakan, tergantung pada type
dari wine yang akan diproduksi (Johnson, 1989).
Teknologi pengolahan anggur menjadi wine
pertama kali dikembangkan oleh orang Mesir pada tahun 2500 sebelum
Masehi. Dari mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur masuk ke
Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai ke Spanyol, Jerman,
Prancis, dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus teknologi
pengolahan dan budidaya anggur mulai menyebar ke Mexico, Amerika
Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk Indonesia, dan Australia.
Penyebaran ini juga menjadikan anggur mempunyai beberapa sebutan,
seperti grape di Amerika dan Eropa, putao di China, dan Anggur di
Indonesia (Wahyu, 2004).
Selain menggunakan buah anggur, minuman
wine juga dapat dibuat dari buah-buahan lain yang banyak mengandung
gula, seperti apel, berry, lengkeng, ataupun nenas. Penamaan minuman
anggur atau wine yang dibuat dari selain buah anggur biasanya
menyertakan nama buah yang digunakan, seperti wine apel, ataupun wine
berry dan secara umum disebut dengan Fruity wine. Sedangkan
jika wine terbuat dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti beras
dan gandum, maka wine tersebut lebih dikenal dengan istilah minuman Sake (barley wine atau rice wine). Minuman wine yang dibuat dari bahan baku jahe dikenal dengan sebutan Brandy (Allen, 2008).
Minuman anggur atau wine dapat dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu Red Wine, White Wine, Rose Wine, Sparkling Wine, Sweet Wine, dan Fortified Wine.
Red Wine
Red Wine adalah wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes).
Beberapa jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di
Indonesia adalah merlot, cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot
noir.
White Wine
White Wine adalah wine yang dibuat dari anggur putih (white grape).
Beberapa jenis anggur hijau yang terkenal di kalangan peminum wine di
Indonesia adalah chardonnay, sauvignon blanc, semillon, riesling, dan
chenin blanc.
Rose Wine
Rose Wine adalah wine yang berwarna merah
muda atau merah jambu yang dibuat dari anggur merah namun dengan proses
ekstraksi warna yang lebih singkat dibandingkan dengan proses pembuatan
Red Wine. Di daerah Champagne, kata Rose Wine mengacu pada campuran antara White Wine dan Red Wine.
Sparkling Wine
Sparkling Wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbon dioksida di dalamnya. Sparkling Wine yang paling terkenal adalah Champagne dari Prancis. Hanya Sparkling Wine
yang dibuat dari anggur yang tumbuh di desa Champagne dan diproduksi di
desa Champagne yang boleh disebut dan diberi label Champagne.
Sweet Wine
Sweet Wine adalah wine yang masih banyak mengandung gula sisa hasil fermentasi (residual sugar) sehingga membuat rasanya menjadi manis.
Fortified Wine
Fortified Wine adalah wine yang
mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan wine biasa (antara
15% hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah hasil dari
penambahan spirit pada proses pembuatannya.
Pembuatan Fruity Wine
Fruity Wine (anggur buah) adalah
minuman beralkohol hasil fermentasi sari buah dengan atau tanpa Bahan
Tambahan Makanan yang diizinkan. Sari buah yang biasa digunakan oleh
winemaker dalam pembuatan wine adalah buah anggur, karena memiliki
kandungan glukosa yang tinggi yaitu 75 – 150 mg/ml. Berdasarkan jenis
anggur yang digunakan wine dapat dibedakan atas dua macam, yaitu red
wine dan white wine. Perbedaan keduanya dapat terletak pada bahan baku,
red wine menggunakan anggur anggur merah sedangkan white wine
menggunakan anggur hijau atau anggur merah yang dikupas kulitnya
(Effendi, 2004). Selain itu lama dan suhu fermentasi dari kedua jenis
ini berbeda, red wine membutuhkan waktu fermentasi selama 3 – 5 hari
pada 24 – 270C sedangkan white wine membutuhkan waktu selama 7 – 14 hari pada 10 – 210C.
Pada dasarnya hampir semua buah dapat
dibuat menjadi wine terutama yang mengandung gula (15 – 18%). Bila
kandungan gula pada buah kurang atau tidak mencukupi, maka sering
ditambahkan gula pada saat proses fermentasi wine. Syarat medium yang
baik untuk pembuatan wine atau anggur, yaitu :
- Harus mempunyai kandungan nutrisi tinggi
- Mempunyai keasaman yang tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan.
- Kandungan gula cukup tinggi
- Mempunyai aroma yang sedap.
1. Vitis Vinifera
- Kulit tipis, rasa manis, dan segar
- Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dar permukaan laut beriklim kering
- Termasuk jenis ini adalah dari Eropa (Pinot Noir, Chardonnay, Cabernet Sauvignon, Gamay and Merlot) dan dari Indonesia (Gros Colman, Probolinggo biru dan putih, Situbondo Kuning, Alphonso lavalle, dan Golden Camphion).
- Kulit tebal, rasa asam, dan kurang segar
- Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dpl
- Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon, dan Isabella
Tabel Syarat Mutu Fruity Wine
No | Kriteria Uji | Satuan | Persyaratan |
1 | Keadaan :
|
Normal/khasNormal/khas | |
2 | Etil Alkohol | % v/v | 5 – 15 |
3 | Metal Alkohol | % v/vTerhadap alcohol absolut | Maks 0,1 |
4 | Asam yang mudah menguap(dihitung sebagai asam asetat) | g/100 ml | Maks 0,2 |
5 | Bahan Tambahan Makanan :
|
Sesuai SNI 01-0222-1987Negative | |
6 | Cemaran logam :
|
mg/Kgmg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg |
Maks 0,2Maks 2,0 Maks 2,0 Maks 0,03 Maks 40,0 Maks 0,1 |
7 | Cemaran mikrobiologi :
|
Koloni/mgAPM/ml APM/ml Koloni/ml Koloni/ml Koloni/ml |
Maks 2,0×102Maks 20 < 3 Negative 0 Negative Negative Maks 50 Maks 50 |
Mikroorganisme yang sering berperan dalam fermentasi anggur buah adalah dari golongan khamir dari genus Saccharomyces, Candida, Hansenula pichia. Dari genus Saccharomyces yang dapat digunakan dalam pembuatan anggur buah antara lain Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces ovifformes, dan Saccharomyces fermentati (Frazier and Westhoff, 1978).
Khamir yang biasa dan banyak digunakan untuk fermentasi buah anggur adalah Sacharomyces cerevisiae dari varietas ellipsoideus. Saccharomyces cerevisiae varietas ellipsoideus
biasa digunakan untuk fermentasi buah anggur karena khamir jenis ini
mempunyai sifat yang dapat mengadakan fermentasi pada suhu yang agak
tinggi yaitu 30 oC. Selain itu dapat menghasilkan alkohol cukup tinggi yaitu 18 – 20 % (v/v). Khamir jenis ini juga mampu
memfermentasi beberapa macam gula diantaranya sukrosa, glukosa,
fruktosa, galaktosa, manosa, maltosa dan maltotriosa (Fardiaz, 1989).
Fermentasi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae dapat dilakukan pada pH 4 – 5 dengan temperatur 27 – 35 0C, proses ini dapat berlangsung 35 – 60 jam. Taksonomi Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai berikut (Anonymousa, 2009) :
Divisi : EumycophytaKelas : Ascomycetes
Ordo : Sacharomycetales
Famili : Sacharomycetaceae
Genus : Sacharomyces
Species : Sacharomyces cerevisiae
Sel yang termasuk jenis Sacharomyces cerevisiae berbentuk bulat, oval, atau memanjang. Dalam industry alcohol atau pembuatan anggur digunakan khamir permukaan yang disebut top yeast, yaitu khamir yang bersifat fermentative kuat dan tumbuh dengan cepat pada suhu 200C. Khamir permukaan tumbuh secara menggerombol dan melepaskan karbon dioksida dengan cepat mengakibatkan sel terapung pada permukaan. Contohnya adalah Sacharomyces cerevisiae var.ellipsoideus merupakan galur yang dapat memproduksi alkohol dalam jumlah tinggi, sehingga digunakan dalam industry pembuatan alcohol atau anggur (Fardiaz, 1989).
Fermentasi Wine
Menurut Anonymous (2008) fermentasi wine
adalah proses dimana juice anggur bersama-sama dengan bahan yang lain
yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan menghasilkan wine.
Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan
menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan
dari campuran wine menuju udara dan alkohol akan tetap tinggal di
fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol atau
alkohol telah mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai
atau dihentikan. Pada pembuatan wine tedapat tahapan-tahapan proses,
yaitu :
1. Penghancuran dan Perlakuan Anggur Sebelum Fermentasi
Proses pertamakali yang dilakukan adalah
menghancurkan anggur. Untuk wine putih kulit dari anggur dihilangkan,
sedangkan wine merah dihancurkan beserta kulitnya. Setelah itu dilakukan
pendinginan pada suhu 5 – 100C dalam waktu 24 – 48 jam dengan bantuan enzim pectinase untuk menghancurkan material anggur.
Pada fermentasi wine atau anggur juga dilakukan penambahan SO2
kedalam jus/cairan buah anggur dengan tujuan untuk mencegah browning
selama penghancuran buah dan menghambat aktivitas khamir lain yang tidak
diinginkan.
2. Fermentasi Alkohol
Secara tradisional fermantasi dari anggur
dilakukan di dalam tangki kayu yang besar atau tangki beton, tetapi
kebanyakan wine modern sekarang menggunakan tangki stainless steel yang
canggih dengan fasilitas pengontrol suhu, alat pembersih dan lainnya.
Anggur putih secara umum difermentasi pada suhu 10 – 210C pada 7-14 hari atau lebih, sedangkan Anggur merah difermentasi antara 3 – 5 hari dengan suhu antara 24 – 270C. Pada fermentasi ini yeast yang digunakan yaitu Saccharomyces cerevisiae yang diinokulasi dalam jus dengan populasi 106-107 cells/ml.
Menurut Hotmaka and Ebner (1995) alcohol merupakan cairan yang mempunyai sifat fisik sebagai berikut :- Berbentuk cair
- Tidak berwarna
- Volatile (mudah menguap)
- Dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan
- Mendidih pada suhu 790C
- Membeku pada suhu -1170C
- Mempunyai berat molekul 46 g/mo/
1) Pemecahan rantai carbon melalui jalur EMP (Embden Mayorhof Parnas) menghasilkan karbon teroksidasi yaitu asam Piruvat.
2) Asam viruvat akan dirubah menjadi produk akhir berupa alkohol
Pada fermentasi alcohol bahan-bahan yang
mengandung Monosakarida (glukosa) langsung dapat difermentasi, akan
tetapi Disakarida, Pati maupun Karbohidrat Komplek harus dihidrolisis
terlebih dahulu menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana.
Selama fermentasi alcohol berlangsung, diperlukan sedikit O2 yaitu sekitar 0,05 – 0,10 mmhg tekanan O2 yang diperlukan oleh sel khamir untuk biosintesa lemak-lemak tidak jenuh dan lipid. Jumlah O2
yang lebih tinggi dapat merangsang pertumbuhan sel khamir, sehingga
produktivitas etanol menjadi lebih rendah (Daulay dan Rahman, 1992).
3. Fermentasi Malolactic
Fermentasi
ini terjadi alami 2 sampai 3 minggu setelah fermentasi alkohol selesai,
dan berakhir 2 sampai 4 minggu. Reaksi ini mengubah dekarboksilasi
L-malic acid menjadi L-lactic acid dengan menurunkan kadar keasaman wine
dan menaikkan pH antara 0,3 sampai 0,5. Penurunan kadar keasaman dengan
fermentasi ini membuat wine lebih lembut, rasa yang matang dan rasa
yang lebih menarik. Tidak semua jenis wine memerlukan proses fermentasi
malolactic.
4. Proses Setelah Fermentasi Kebanyakan wine putih tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama setelah fermentasi alkohol atau fermentasi malolactic selesai. Pada wine merah yang sudah tua antara 1 sampai 2 tahun disimpan dalam tangki kayu (biasanya kayu oak). Selama ini, reaksi kimia ini memberikan kontribusi pada perkembangan rasa antara wine dan ekstrak komponen dari tangki kayu. Poin yang penting untuk mengontrol selama penyimpanan dan penuaan adalah pengeluaran oksigen dan penambahan dari sulfur dioksida ke level bebas antara 20 sampai 25 μg/ml. Sebelum pengemasan, wine mungkin disimpan di tempat yang bersuhu dingin antara 5-100C untuk mengendapkan kotoran.
Selama
fermentasi, dihasilkan cairan yang disebut “must”. Guna mencegah
tumbuhnya bakteri pada must maka dilakukan pengadukan. Senyawa-senyawa
volatil juga dihasilkan dengan berbagai konsentrasi pada fermentasi
anggur. Senyawa-senyawa ini mempunyai peran penting dalam sifat-sifat
flavor dan sensoris. Aroma wine adalah hasil dari kombinasi kompleks
banyak komponen terutama senyawa-senyawa volatil yang menjadi penciri
wine. Pada wine mangga setidaknya ada 18 senyawa volatil dengan berbagai
konsentrasi. Ada 8 senyawa yang potensial sebagai aroma yaitu:
asetaldehida, dietil suksinat, atil asetat, etil butirat, isoamil
alkohol, l-heksanol, etil dekanoat dan asam kaproat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Wine
Fermentasi alkohol/wine (anggur) dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Spesies sel khamir
Pemilihan
mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis karbohidrat yang
digunakan sebagai medium, sebagai contoh untuk memproduksi alkohol dari
pati dan gula digunakan Sacharomyces cerevisiae sedangkan untuk
laktosa dari “whey” menggunakan Candida pseudotropicalis. Seleksi
tersebut bertujuan agar didapatkan mikroorganisme yang mampu tumbuh
dengan cepat dan toleransi terhadap konsentrasi yang tinggi, mampu
mengahasilkan alkohol dalam jumlah banyak dan tahan terhadap alkohol
tersebut (Soeharto, 1986).
b. Jumlah sel khamir
Inokulum
yaitu kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam medium fermentasi.
Tipe dan kosentrasi mikroorganisme yang diinokulasikan merupakan
“critical factor” yang mempengaruhi (wood, 1998). Menurut Soeharto
(1986), jumlah “starter” optimum pada fermentasi alkohol adalah 2-5%
serta jumlah khamir yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan
jumlah sel berkisar 2-5 . 106 sel per ml.
c. Derajat keasaman(pH)
Derajat
keasaman optimum untuk pertumbuhan khamir yang digunakan pada
fermentasi etanol adalah 4,5 – 5,5 (Prescott and Dunn, 2002). Sedangkan
menurut Daulay dan Rahman (1992), pada umumnya sel khamir dapat tumbuh
dan memproduksi etanol secara efisien pada pH 3,5 – 6,0.
d. Suhu
Khamir mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap suhu untuk pembentukan selnya, optimum untuk khamir adalah 25 – 30 oC serta khamir dapat tumbuh secara efesien pada suhu 28 – 35 oC. Peningkatan suhu sampai 40 oC
dapat mempertinggi kecepatan awal produksi etanol, tetapi produktivitas
fermentasi secara keseluruhan menurun karena meningkatnya pengaruh
penghambatan oleh etanol terhadap pertumbuhan sel khamir (Daulay dan
Rahman, 1992).
e. Oksigen
Selama
fermentasi alkohol berlangsung, diperlukan sedikit oksigen yaitu
sekitar 0,05-0,10 mmHg tekanan oksigen, yang diperlukan sel khamir untuk
biosintesa lemak tak jenuh dan lipid. Jumlah oksigen yang lebih tinggi
dapat merangsang pertumbuhan sel khamir, sehingga produktivitasnya
alkohol menjadi lebih rendah. Menurut Daulay dan Rahman (1992),
persediaan oksigen yang besar penting untuk kecepatan perkembangbiakan
sel khamir dan permulaan fermentasi, namun produksi alkohol terbaik pada
kondisi an aerob.
Kerusakan Wine
Menurut
Handoyo (2007), Kerusakan wine secara organoleptik dapat dideteksi dari
warna, rasa, dan bau. Penyebab kerusakan tersebut dikarenakan cara
pembuatan yang kurang baik, penyimpanan, dan penyajian yang keliru. Wine
yang disimpan pada temperatur tinggi dapat menyebabkan wine terasa
seperti dimasak atau dipanaskan, dimana karakter freshnessnya sudah
hilang dan aromanya terasa seperti buah-buahan yang telah dimasak.
Sedangkan kerusakan karena penyajian dapat menyebabkan oksidasi wine
menjadi asam cuka (tersedia oksigenyang cukup). Oksidasi juga bisa
disebakan karena sumbat botol (cork) yang dipakai mempunyai kualitas
yang kurang bagus, sehingga memungkinkan udara masuk kedalam botol.
Beberapa karakter aroma lain yang dapat dijadikan indikator kerusakan wine adalah :
· Bau sayuran busuk
· Bau belerang
· Bau apel busuk
· Bau telur busuk
· Bau apek
Kerussakan
wine secara mikrobiologi dapat disebabkan oleh Bakteri Asam Laktat
(BAL) dari jenis Leuconostoc, pediococcus, dan Lactobacillus. Bakteri
jenis ini dapat memetabolisme gula, asam, dan unsur lain yang ada
dianggur menghasilkan beberapa senyawa yang menyebabkan pembusukan.
Setelah fermentasi alkohol selesai, maka secara alami akan terjadi
proses MLF (Malolactic Fermentasi) yang dilakukan oleh BAL. Reaksi ini
mengubah dekarboksilasi L-malic acid menjadi L-lactic acid dengan
menurunkan kadar keasaman wine dan menaikkan pH antara 0,3 sampai 0,5.
Setelah proses MLF selesai, maka kehidupan dari BAL tergantung pada
komposisi wine dan bagaimana wine ditangani. Jika wine memiliki pH
tinggi (> 3,5) dan SO2 tidak memadai, maka bakteri BAL dapat tumbuh dan merusak wine atau penyebab kebusukan
sumber : lordbroken.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar